Aku baru saja membaca novel Harry Potter-nya J.K Rowling.
Bagian
dimana Ron weasley berdiri di depan Cermin Tasrah yang akan memperlihatkan
pantulan hasrat terdalam seseorang yang bercermin padanya.
Ron melihat dirinya memakai lencana prefek, menjadi ketua
murid, menjadi kapten Quidditch, dan
semua hal yang selama ini ternyata diimpikannya. Menjadi seorang terkenal dan
populer.
Well, aku membacanya sambil berpikir sejenak. Jangan salahkan
Ron jika ia ingin terkenal. Temannya adalah Harry Potter yang terkenal di
sekolah dan dunia sihir. Dengan saudara-saudaranya yang sukses diberbagai
bidang, Ron pasti merasa ciut.
Bayangkan, ketika Ron lewat bersama Harry di hadapan
segerombolan anak, yang dilihat pasti Harry. Padahal Ron ada di dekat Harry. Tapi
tak ada yang mau repot-repot menunjuk- nunjuk Ron ketika berpapasan dengannya. Ron
memang kecipratan popular-nya Harry, tapi semua kepopuleran itu karena dia
berteman dengan Harry, bukan karena dia memenangkan sebuah perlombaan dan
berprestasi atau semacamnya.
Belum lagi dia bersanding dengan Hermione Granger,
sahabatnya dan sahabat Harry yang sangat pintar dalam berbagai pelajaran.
Tak heran, di buku keempat berjudul Harry Potter And The Goblet of Fire, ketika Harry terpilih menjadi salah satu peserta turnamen
Triwizard yang tersohor padahal usia Harry belum cukup umur, Ron marah. Lebih tepatnya
iri. Atau lebih tepatnya getir.
Ya. Getir. Kegetiran takkan lepas dari iri.
Barangkali, ini
adalah bagian tersulit dalam sebuah pertemanan.
Ketika sahabatmu sedang bercahaya, kau tentu tak boleh iri
dengan kesuksesannya. Kegetiran itu pasti ada, mengingat kita sama-sama makan
nasi dan berjuang bersama-sama. Tapi terimalah kenyataan bahwa dia memang lebih baik darimu. Dan daripada
iri atas keberhasilannya, lebih baik ikut senang dan merayakan keberhasilannya.
Memang susah, harus mengalahkan keegoisan.
Itulah yang dilakukan Ron pada akhirnya. Ikut merayakan
keberhasilan Harry, tertawa bersama Harry. Tak hanya itu, Ron juga membantu
Harry menyelesaikan masalahnya. Jadi, jangan pandang tokoh Ron dengan sebelah
mata, karena tanpa Ron, Harry Potter takkan hidup.
Sebagaimana benda bercahaya, pasti mempunyai bayangan.
Ron adalah bayangan, Harry adalah benda bercahaya-nya.
Apakah bayangan akan jadi bayangan selamanya? Tidak tau.
When the shadow said, “I wanna be a light,”
The others asked, “is it possible?”
And I think the
answer is “yes” because wiseman said there’s nothing impossible in this world.
But I
don’t really know. It seems so
impossible.
Can someone tell me the answer? And please give me the reason , too.
Arigatou~ :)
No comments:
Post a Comment