Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran.
Aku takut, marah, panik, gelisah. bercampur jadi satu
Aku ingin menangis, teriak sejadi- jadinya. ! Tubuhku yang lemas segera kuhempaskan ke kasur.
Aku sudah lupa bagaimana rasanya ketakutan seperti ini, saking lamanya aku tidak merasakannya.
Otakku berpikir keras dan cepat, memikirkan kemungkinan- kemungkinan terburuk yang terjadi. Tentu saja itu memperburuk keadaan, aku semakin panik dan cemas. Kemudian datang rasa menyesal yang sangat dalam, atas kebodohanku sendiri. Aku membenci diriku yang bodoh , yang lemah ini.
Hari ini, langit mendung. Kutunggu kedua temanku di gerbang sekolah untuk membahas suatu yang penting. Hari ini kami akan mengadakan sebuah acara semacam perkumpulan dengan anggota ekstrakulikuler dengan alumni. sebut saja Reuni tahunan.
Dua hari sebelumnya aku sudah mengirimkan pesan singkat pada beberapa alumni untuk datang hari ini jam 7 malam bertempat di sekolah. Teman- temanku tak kunjung datang sampai kakakku datang menjemput. Aku harus pulang saat itu juga. kukatakan pada mereka bahwa aku pulang duluan. Sementara langit makin gelap--mungkin itu adalah langit tergelap yang pernah kulihat. Entah mengapa aku agak takut.
Diperjalanan, kakakku terus melaju kencang dengan motornya, sebisa mungkin agar cepat sampai ke rumah sebelum langit gelap itu menumpahkan apa yang sedang ditampungnya. Akupun mengharapkan yang sama. Namun sepertinya kami terlambat, hujan pun segera turun perlahan sampai akhirnya begitu deras dan berangin. Itu pertama kalinya dalam hidupku bertemu hujan angin sekeras ini. Air segera meluap, sampai jalan raya tergenang air. Kami terus menerjang hujan angin dengan hati- hati agar tak terbawa arus, sampai kami akhirnya sampai di rumah, basah kuyup.
Alih- alih disambut hangatnya suasana rumah yang kami harapkan , keadaan malah memburuk. Rumah kami tergenang air. Dari luar, airnya masuk kedalam rumah. Sementara itu di dalam rumah , atap bocor besar. Ini bisa dibilang serangan-air-luar-dalam. Banjir. Air semakin tinggi sampai masuk ke kamarku dan membasahi semua yang ada di lantai.
dalam keadaan seperti ini, kita pasti panik dan tidak akan menghiraukan urusan lain. Handphone kuraih dan kukatakan pada teman- temanku bahwa rumahku banjir dan tidak dapat membantu mereka mempersiapkan acara nanti malam. Dalam hati kuyakinkan bahwa tidak akan ada masalah meninggalkan mereka sebentar , mengingat keadaan di rumahku jelas- jelas sangat genting *merekapun sangat sering meninggalkanku sendiri saat latihan atau semacamnya. Dari informasi yang kudapat, teman- temanku terjebak hujan juga, dan tidak dapat mempersiapkan apapun.
Hujan terus turun tanpa ampun, sampai sore. Karena persiapan yang kurang dan cuaca buruk, kami putuskan bersama bahwa acara ditunda menjadi minggu sore. Banjir di rumah semakin surut, dan kami seisi rumah berbenah bersih- bersih *tak ada orang yang mau terkena penyakit kolera kan? Sementara itu pikiranku melayang pada alumni yang telah kukirimi pesan singkat. dan kupikir aku harus memberitahu mereka akan penundaan ini. Namun aku sibuk bersih- bersih. Tentu aku pun segan untuk duduk santai mengetik pesan singkat sementara seisi rumah repot. Ibu pasti marah. Kuputuskan untuk meminta tolong temanku yang melakukannya. Mereka setuju. Akhirnya aku dengan tenang melanjutkan pekerjaanku. Aku percaya bahwa mereka melaksanakannya dengan baik. Semua akan lancar, berhubung mereka tidak mengatakan ada hambatan. Tinggal menunggu minggu sore untuk bertemu alumni.Aku merasa tenang dan normal, sampai pada jam 7 malam datang pesan singkat dari salah satu alumni yang mengaku bahwa ia sudah berada di sekolah. DI SEKOLAH, tempat acara akan berlangsung.
" Apa???! Jadi, salah satu Alumni tidak tau acara ditunda??? habis riwayatku...!"
mengapa aku begitu panik? karena akulah yang 2 hari yang lalu mengabarkan bahwa acara berlangsung hari ini jam 7 malam di sekolah. Tapi hari ditunda karena cuaca buruk. Kukira temanku sudah memberitahu kepada alumni bahwa acara ditunda tapi ternyata mereka tidak melakukannya. Aku panik. Kusambar HP, dan kutanya pada temanku apakah ia sudah mengabarkan, dan ternyata ia hanya mengirimkan kepada (hanya) 2 ORANG alumni. Yang lainnya bahkan mengaku tidak mempunyai kontak alumni, jadi mereka SAMA SEKALI TIDAK mengabarkannya pada alumni tentang penundaan ini.
ARRRRGGGHHH.....................!!!! jadi, aku yang salah??? Sms alumni tadi tidak kubalas. HP langsung kulempar dan kumatikan.
Aku takut. Ketakutan merayap begitu cepat dan menjalar sedemikian rupa, membelitku. seakan ada tangan besi amat dingin mencengkram jantungku, membuatnya berdegup keras dan cepat. Tubuhku lemas, kuhempaskan ke kasur. Aku panik dan cemas. Sekali lagi, aku takut. Aku takut pada alumni- alumni itu. apa yang akan mereka katakan?
mentalku jatuh begitu saja.
Aku ingin menangis. hal- hal buruk muncul dibenakku.
Kubayangkan alumni yang datang ke sekolah saat ini, sedang mengumpat- ngumpat kesal dan marah. Aku tidak menyalahkan mereka. Siapa yang tidak kesal jika kau diundang ke suatu acara di suatu tempat, lalu ketika kau sudah datang ternyata tidak ada apapun kecuali dinding bisu dan air genangan hujan?
Aku tak tahan, aku ingin teriak marah atas kebodohanku. Aku bingung, apa yang harus kulakukan ketika bertemu mereka??
Aku tidak mau jadi seorang pengecut. Tapi aku juga merasa benar- benar takut.Aku sendirian. Tidak mungkin aku menceritakan ini pada kakakku karena dia takkan mengerti. Aku tak tau harus bercerita pada siapa.. hanya Tuhan yang mengerti, karena Ia akan selalu mengerti. Ya Allah.. tolong hamba-Mu...
Semua ini salahku, bukan salah anggota lain.. bukan teman- temanku..
ya.. temanku yang juga anggota ekstrakulikuler yang sama denganku... mereka tidak salah..
Selama ini kurasa mereka sering bertindak semaunya, tidak datang latihan karena hal yang tidak logis . Atau tidak mempertanggungjawabkan apa yang telah manjadi komitmen bersama. Salah satu dari mereka bahkan berkata bosan. Karena itu tidak mau datang. Atau saat aku "bekerja" sesuatu, mereka hanya akan datang saat aku sudah selesai. Jika hasilnya bagus mereka akan tersenyum, jika hasilnya jelek mereka akan berkomentar pedas- pedas. Mereka sebenarnya teman yang sangat baik. Tapi teman juga manusia kan? punya kekurangan.
Beberapa pernah berkomentar bahwa aku ini "lembek", tidak bisa marah. aku juga tidak tau. Apakah aku terlalu sayang kalian? itu mungkin saja. Atau bisa juga, : bagaimana bisa marah? ketika kau marah, mereka akan balik memusuhimu. Aku takut dimusuhi. Dan itulah yang membuatku kini merasa terpuruk.
Aku takut dimusuhi. Semua orang tak suka bermusuh. Aku menahan amarahku selama bersama mereka. Kuharap aku cukup sabar. Tapi, ternyata tak bisa. Malam ini sebuah jarum telah memecahkan balon.
Bagaimana perasaanmu ketika kau akan mulai berusaha mempercayai orang, pada saat itu juga diingkari? Kalau aku, merasa terpuruk. Marah dan kecewa tentunya.
Airmataku sudah diambang batas, ingin mengalir ke pipi. Aku menangis bukan bererti cengeng.
Aku menangis karena marah dan kecewaku, ditambah rasa takut . Aku ingin semua perasaan itu keluar dari hatiku seiring airmataku mengalir membawanya pergi.
namun tampaknya tak bisa.. aku masih takut.. aku ini bodoh! entah aku bodoh karena menyiksa diri dengan menyalahkan diri sendiri atas semua kesalahan yang terjadi. Atau karena aku memang bodoh karena terlalu percaya.
Kepalaku pusing habis menangis, kutatap sosokku di cermin. Aku semakin kurus, kantung mataku hitam dan tebal. Aku harus tidur. Tapi aku takut pada hari esok.
Kuputuskan aku harus tidur. Dengan berdo'a.
No comments:
Post a Comment